Uang merupakan topik yang selalu menarik dibicarakan. Selain dibutuhkan semua orang, uang memiliki banyak keunikan. Uang diperlakukan sebagai alat sekaligus sebagai makhluk yang memiliki kehidupan.
Sebagai alat, uang hanya dibutuhkan orang, dan tidak dibutuhkan hewan. Namun uang mampu mengubah prilaku orang menjadi hewan. Bahkan uang bisa mengubah sifat orang menjadi setan. Hebatnya uang jauh melebihi orang. Uang klimis dan uang lecak, nilainya sama. Disimpan di brankas, dilepit di sela dompet butut, atau ditempatkan di kaos kaki sobek dan bau, nilainya tidak berubah.
Beda sekali dengan orang. Si Kucel dan si Parlente nilainya langsung beda. Orang gedongan dan orang pinggiran diperlakukan tidak sama. Orang berdompet tebal dan berdompet memble, akan dipandang beda. Perbedaan sangat menyolok bisa dilihat di bank, nasabah biasa dan nasabah prioritas diperlakukan berbeda. Nasabah biasa ikut antrian panjang, sedangkan nasabah prioritas dilayani di ruang pimpinan. Pokoknya, uang bisa mempengaruhi nilai orang, tapi orang tidak bisa menentukan nilai uang.
Sebagai makhluk, uang juga sangat unik. Uang diperlakukan sebagai tumbuhan sekaligus sebagai hewan. Uang dianggap sebagai tanaman yang bisa tumbuh dan berkembang, bahkan sampai waktu yang tak bisa diperkirakan. Banyak orang bisa mencukupi kebutuhan hanya dengan mengambil bunga uang di bank tanpa mengutak-atik uang yang disimpan.
Sedangkan sebagai hewan, uang dianggap bisa diternakkan, bisa berkembang biak alias beranak pinak dengan cara memberi pinjaman pada orang. Maka sering kita dengar, banyak orang kaya raya dengan cara “menganakkan” uang.
Begitu pentingnya uang membuat banyak orang bersedia membanting tulang untuk mendapatkan uang. Juga demi uang, banyak orang menganggap segala cara bisa dilakukan, bahkan boleh merebut milik orang. Banyak orang tak pernah merasa cukup dengan kepemilikan uang, meski tabungannya sudah segudang. Mereka tak peduli apakah halal ataupun haram, karena menurut mereka, demi uang hanya ada satu kata, “hantam!”
Bila uang sudah di genggaman, biasanya akan sangat disayang dan dipertahankan mati-matian. Maka banyak orang menganggap zakat bukan kewajiban dan pajak bisa dihindari melalui rekayasa pembukuan. Saking sayangnya mereka pada uang, tidak sedikit yang menjadikan uang sebagai Tuhan.
Parahnya lagi jika ada orang menganggap bisa melakukan apa saja dengan uang, termasuk untuk membeli dan membunuh orang.
Catatan: Tiap daerah memiliki sebutan berbeda tentang uang, misalnya: Orang Aceh: Peng, Karo: Sen, Batak: Hepeng, Padang: Pitih, Palembang: Duit, Sunda: Artos, Serang: Picis, Jawa: Arto, Madura: Pesse, Bali: Pipis, Makasar: Doek, Manado: Doe, Ambon: Kepeng, Kupang: Doi, Biak: Pipi, Wamena: Eka, Arab: Fullus, Anak muda: Doku.